MODAL SPIRITUAL IBADAH QURBAN DAN KRISIS KEMANUSIAAN
Hikmah

Diposting oleh Zaid, ST 11 Jul 2023, 15:13:32 WIB Opini
MODAL SPIRITUAL IBADAH QURBAN DAN KRISIS KEMANUSIAAN

Telah Kami berikan nikmat yang banyak kepadamu, maka dirikanlah sholat dan berqurbanlah ( Qs. 108 : 1-2 ).

 

Hari Raya Idul Adha atau disebut juga dengan Hari Raya Qurban menyimpan banyak makna dan spirit yang dapat mendorong kesempurnaan iman dan nilai-nilai kemanusiaan dalam hidup kita. Tahun ini ( 1444 H / 2023 M ) hari raya Idul Adha hadir ditengah-tengan bangsa Indonesia sedang mepersiapkan pesta demokrasi pemilihan presiden dan wakil presiden. Seluruh partai politik tengah disibukkan dengan berbagai agenda persiapan kontestasi dengan berbagai refleksi dan wacana untuk membangun kepercayaan dan animo masyarakat. Refleksi yang ingin dibangun tentunya bertujuan untuk menggiring keputusan publik mendukung bakal calon presiden dan wakil presiden yang diandalkan.

Disamping itu bangsa Indonesia juga tengah menghadapi krisis kemanusiaan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup berbangsa dan beragama. Banyaknya kejahatan yang terjadi di berbagai tempat merupakan bukti nyata sebagai indikator krisis kemanusiaan yang tak dapat dipungkiri.

Di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia berbagai medsos menyuguhkan informasi tentang bermacam-macam kejahatan manusia. Menurut pandangan islam diantara sumber kejahatan manusia adalah karena dipicu oleh syahwat dunia yang tak terkendali. Kondisi saat seakan-akan petuah agama, nasehat ulama dan bahkan hukum negara belum mampu meredam kejahatan itu. Kondisi inilah yang kita sebut sebagai krisis kemanusiaan. Krisis kemanusiaan menyebabkan runtuhnya pertahanan moral berbangsa dan beragama. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perilaku perilaku manusia yang menyimpang. Mereka tidak lagi segan-segan menganiaya, menzalimi orang lain, melawan hukum dan banyak kejahatan lainnya. Namun yang paling mengerikan adalah manusia tidak lagi segan-segan membunuh antar sesama manusia.

Kejahatan demikian menjadi tantangan yang amat berat bagi kehidupan bernegara. Penegakan hukum belum sanggup meredakan silih bergantinya kejahatan yang berjilid-jilid. Inilah yang sedang kita hadapi dan menjadi tantangan bagi generasi milenial saat ini. Sekali lagi krisis kemanusiaan telah nyata melanda tata kehidupan berbangsa dan beragama kita.

Pada prinsipnya krisis kemanusiaan adalah penyebab munculnya krisis yang lain, sebab manusialah obyek sekaligus subyek kehidupan yang menjadi titah diturunkannya ajaran agama ( baca : Islam ). Kita tidak ingin agama dipermasalahakan tetapi kita ingin menjadikan agama sebagai solusi terhadap problematika krisis kemanusiaan yang dihadapi. Nah bagaimana kita menyikapinya terutama dalam kainnya dengan syari’at Qurban ? Inilah yang penulis jelaskan dalam artikel singkat ini.

Syari’at qurban ( sebagai ajaran Islam ) memiliki akar yang kuat dalam sejarah kehidupan keluarga nabi Ibrahim as. Sebagaimana yang diyakini umat Islam bahwa keluarga nabi Ibrahim, as adalah contoh toladan dalam memerankan syari’at qurban. Nabi Ibrahim lulus dalam perannya yang amat berat dalam ujian hidup ketika diperintahkan Allah menyembelih anaknya Ismail. Perintah itu ternyata bukanlah menyembelih anak manusia, melainkan memotong berhala yang bersemayam di hati manusia agar kebanggaan dan kecintaan kepada anak jangan sapai mengalahkan kecintaan dan keta’atan kepada Allah swt. Keta’atan kepada Allah merupakan spiritualitas tertinggi dari perintah agama ( baca : Islam ). Orang yang memiliki spiritualitas tinggi adalah orang yang paling ta’at dalam perintah Allah swt.

Dari keta’atan kepada Allah swt, akan lahir sikap hidup dan komitmen untuk mematuhi, menghargai dan menempatkan nilai-nilai kemanusiaan dalam ranah batinnya. Manusia yang memiliki spiritual yang tinggi akan memiliki kekayaan jiwa dan kekuatan moral dalam hidupnya.

Syari’at qurban merupakan modal spiritual yang dapat membangun jiwa manusia untuk memiliki komitmen kebangsaan dan kemanusiaan yang berkeadilan. Sebagai modal spiritual, ia akan berfungsi sebagai pengendali keserakahan hawa nafsu. Sehingga luapan kebencian, dendam dan keserakahan dapat diredam. Disamping itu modal spiritual juga menjadi energi ruhaniyah yang dapat menggerakkan dan membangun nilai kemanusiaan dan rasa keadilan dalam masyarakat. Mengapa, sebab ibadah qurban sebagai perintah Allah swt, memiliki eksistensi dan tujuan yang muliya yaitu membunuh sifat kebinatangan dalam diri manusia. Egoisme, kezaliman dan sifat buruk lainnya merupakan jelmaan dari sifat kebinatangan. Sifat itulah menyebabkan manusia menjadi liar keperibadiannya sehingga tidak dapat mengendalikan syahwatnya.

Spiritualitas ibadah qurban akan membangun suasana batin yang serba bersih dan jinak sehingga lebih mudah membangun solidaritas, baik solidaritas kebangsaan maupun solidaritas kemanusiaan antar sesama umat islam dan sesama umat beragama lainnya. Pandangan ini jelas menolak pendapat bahwa solidaritas sosial selalu difahami sebagai tindakan karikatif dari sikaya untuk membantu si miskin, tetapi sebenarnya adalah tumbuhnya sikap dan komitmen bersama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sehingga setiap individu atau kelompok sosial terjamin hak-haknya sebagai manusia yang merdeka dan bermartabat di bumi.

Dengan demikian Hari Raya Qurban sangat tepat kita jadikan sebagai sarana refleksi diri, untuk selanjutnya memperkuat komitmen bersama untuk melakukan langkah-langkah konstruktif dan jitu guna memberantas krisi kemanusiaan dan memperkokoh nilai-niai keadilan dalam kehidupan berbangsa dan beragama.

Nah dengan bergulirnya rentangan panjang perintah ibadah qurban setiap tahunnya, membuktikan bahwa Allah swt ingin mengingatkan dan mengangkat kembali derajat kemanusiaan kita bahwa pada dasarnya manusia itu suci, baik, dan jika mereka mau maka melalui latihan-latihan spiritual ibadah qurban dan pengendalian diri maka kekuatan fitrahnya yang suci dan baik itu akan bangkit kembali mengalahkan godaan nafsu serakah, sehingga keselamatan dan kebahagiaan manusia dapat terwujud.

Ibadah qurban merupakan tindakan moral kemanusiaan. Dalam ibadah qurban, kesadaran vertikal dapat terbangun melalui perintah aksi sosial membagikan nikmat Allah swt kepada sesama. Aksi sosial ini disimbolisasikan dengan membagikan daging hewan qurban kepada karib dan saudara. Disamping itu Ibadah qurban mengajak manusia memegang komitmen bersama untuk memihak kepada kejujuran, keadilan dan solidaritas sosial kemanusiaan. Inilah yang diharapkan diantara banyak simbolik spirit ibadah qurban yang diperintahkan kepada manusia.

Dengan demikian melalui spiritualitas ibadah qurban, kita ingin masyarakat semakin arif dan bijak dalam menghadapi krisis kemanusiaan yang terjadi. Apalagi krisis tersebut telah merambah masuk kerumah kita dan melanda kehidupan sosial kita. Walaupun masih banyak krisis lain yang tak kalah beratnya yang sedang di hadapi seperti krisis politik, krisis ekonomi, moral, dan entah apa lagi yang tak hentinya membuat kita tercenung memikirkan dan mempertanyakan apa yang salah dengan bangsa ini, padahal mayoritas penduduknya beragama islam yang begitu agung ajarannya.

Akhirnya kita berharap ibadah qurban yang kila laksanakan tahun ini ( 1444 H/2023 M ), dapat memperkuat solidaritas dan kecintaan kepada sesama manusia yaitu melalui penyebaran nikmat yang dikaruniakan Allah swt berupa daging qurban. Karena dibalik perintah qurban terdapat pesan universal bahwa jika nikmat Allah swt yang banyak itu mengalir dan dirasakan oleh orang banyak maka nikmat yang lain akan turun ke bumi sehingga menjadi rahmat bagi manusia lain, begitu sebaliknya jika nikmat yang banyak itu tertahan hanya dinikmati sendiri maka nimat akan berubah menjadi laknat. Mari kita jadikan nikmat yang banyak menjadi limpahan rahmat karena ia adalah modal spiritual yang menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan membunuh nilai-nilai kebinatangan.Amin. []