PUASA JALAN DEKAT MENUJU ALLAH, SWT
Renungan Ramadhan

Diposting oleh Zaid, ST 10 Apr 2023, 13:41:18 WIB Opini
PUASA JALAN DEKAT MENUJU ALLAH, SWT

Menelusuri makna dan hikmah puasa, ibarat menelusuri jalan panjang tanpa akhir. Begitu banyaknya hikmah yang tersimpan di dalamnya sehingga masih banyak rahasia yang belum terungkap apalagi dalam waktu yang singkat. Puasa memiliki makna zahiriyah dan makna bathiniyah. Dalam makna zahiriyah puasa hanya mengkaji efektifitas fisik yang melaksanakan perintah ubudiyah yang melibatkan fisik biologis seperti lapar, haus dan sexualitas. Sementara dalam makna bathiniyah puasa mengkaji efektifitas ruhaniyah yang melibatkan nurani manusia sebagai inti kemanusiaan.

Dalam sebuah hadits Qudsi Allah swt berfirman ; “Semua amal anak Adam ( manusia ) adalah untuk dirinya kecuali puasa, sebab puasa itu untuk-Ku, dan akulah yang akan memberinya pahala”. Mengomentari hadist qudsi ini, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa puasa adalah untuk Allah Rabbul alamin, berbeda dengan amal-amal yang lain ( Musassat al-Alami:1983 ). Hal ini disebabkan karena seseorang melakukan puasa tidak melakukan sesuatu apapun melainkan mengendalikan syahwatnya, makanan dan minumannya demi Allah swt.

Orang-orang yang meninggalkan segala kesenangan dan kenikmatan dirinya karena lebih mengutamakan cinta Allah swt dan Ridha-Nya, merupakan tanda keta’atan sejati. Orang demikian memiliki rahasi dengan Tuhannya. Puasa itu rahasia antara seorang hamba dan Tuhannya, yang orang lain tidak mampu mengetahuinya. Walaupun secara zahir kita dapat melihat seseorang itu menahan lapar dan dahaga namun secara bathin kita tidak dapat mengetahuai hakikat dibalik itu mengapa ia melaparkan diri dan meninggalkan hawa nafsunya demi Tuhannya.

Salah satu sifat puasa adalah bersifat personal atau peribadi. Ia berkaitan erat dengan dimensi kesadaran yang paling dalam pada diri manusia. Jika kita pahami melalui konsep evolusi manusia dari Gary Zulkav ( 2004 ), yang membedakan antara five-sensory human ( lima panca indera manusia ) dan multisensory human ( multi pancaindera manusia ). Menurut pandangan ini, orang yang berpuasa akan ber-evolusi dari five-sensory human menjadi multisensory human, membentuk sebuah indera tunggal untuk mencerap realitas fisik. Multisensory human tidak hanya mencerap realitas fisik tetapi juga realitas dinamis yang jauh lebih besar, dimana realitas fisik itu hanyalah salah satu bagiannya. Multisensory human mampu mencerap dan merasa, peranan yang dimainkan oleh realitas fisik kita dalam kerangka besar evolusi, dan dinamika dimana realitas fisik kita diciptakan dan dipertahankan. Kondisi ini tidak dapat dilihat oleh five-sensory human.

Dalam tataran yang tidak terlihat inilah, dapat ditemukan asal dari setiap moral dasar kita. Dilihat dari perfektif ini, kita dapat mengerti motivasi orang-orang yang mengorbankan hidup mereka untuk tujuan yang lebih agung. Orang-orang itulah yang benar-benar beriman yang ikhlash mengorbankan kebutuhan fisiknya dengan lapar, dahaga, meninggalkan sex dan keinginan nafsu dengan berpuasa.

Berpuasa dengan benar akan mengantar manusia kepada prinsip hidup multisensory human, bahwa manusia tidak pernah hidup sendirian. Mereka meyakini bahwa hidup ini bersama Allah swt dalam jagat raya ciptaan-Nya. Ia menyadari bahwa bahwa hidup ini penghitmatan kepada pencipta dan kepada makhluk lain secara adil. Mereka memiliki kesadaran utuh yang cerdas dan selalu belajar untuk merasakan kehadiran Tuhan. Semakin tinggi tingkat kesadaran itu, maka semakin dekat dengan Tuhan.

Dengan demikian melalui ibadah puasa manusia terus berkembang dan berevolusi ke arah yang lebih baik. Sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Qs. Al-A’la ; 87 : 2 , “Alladzi khalaqa fasawwa “, Allahlah yang menciptakan dan menyempurnakan’ . Jadi dalam ayat ini “manusia berkembang kearah kesempurnaan baik dari segi fisik maupaun mental. Hal ini bertentangan dengan teori kaum liberal yang beranggapan bahwa manusia berkembang kearah keburukan sebagai mana dalam teori Evolusi Regresif.

Puasa adalah gerbang menuju Allah swt. Melalui puasa daya sadar semakin kuat. Kesadaran orang yang berpuasa akan kedekatan Allah dengan dirinya sangatlah tinggi sehingga apapun yang membatalkan puasa tidak akan dilakukannya baik yang membatalkan syariat puasa maupun hakikat puasa. Mereka yang berpuasa lebih terpusat pada hal-hal yang membatalkan hakikat puasanya, karena ia telah melampaui syariat puasa dengan sempurna. Mereka telah sampai kepada sikap hati yang sempurna, mereka termasuk golongan orang-orang yang disebutkan Allah swt dalam QS. Al-Ahzab; 33 : 57-58. Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”.

Orang-orang yang berbuasa adalah orang yang sedang dekat dengan Tuhannya. Meraka tengah mempertaruhkan kekuatan iman mereka dengan Allah swt. Fikiran dan hati mereka sedang tertuju kepada-Nya sehingga seluruh tindakan, perasaan dan fikiran sedang berada dalam kawasan kesadaran. Karena itu dalam kondisi sedang berpuasa orang-orang beriman dituntut senantiasa menggunakan daya fikir untuk bertafakkur dan bertahajjud hanya kepada Allah selama ramadhan. Jika itu yang dilakukan maka orang-orang yang berpuasa dengan benar akan selalu berfikir kepada hal-hal positif dan sujud ( sholat ) dengan khusuk.

Aktifitas tafakkur orang-orang berpuasa akan meninggikan derajad ruhaniyahnya di hadapan Allah swt. Ia akan selalu memikirkan tentang hikmah dan pengetahuan ayat-ayat Allah swt, sehingga dalam hatinya tidak adalagi keinginan negatif seperti dendam, marah, kecewa, sakit hati yang menyebabkan orang sakit hati atau sakit ruhani. Berfikir seperti ini adalah tafakkur ( fikir ) yang menghadirkan tazakkur ( zikir ). Tafakkur menghadirkan ilmu sementara tazakkur menghadirkan hikmah, kearifan, dan kebijaksanaan.

Orang-orang berpuasa dengan benar yang memenuhi syarat syari’at dan hakikat, akan mampu mengendalikan diri dengan berbagai bisikan syaithan. Ia sedang berada dalam dekapan Tuhannya yang Maha Pengasih dan penyayang. Menurut imam Al-Ghazali ia akan mendapatkan bebarapa faedah puasa yang diberikan Allah kepadanya. Diantaranya adalah : Pertama ; Orang berpuasa akan mendapatkan kebersihan hati dan ketajaman mata bathin. Rasulullah saw bersabda ; “cahaya kearifan adalah lapar, menjauh dari Allah swt adalah kenyang, mendekati Allah adalah mencintai fakir dan miskin dan akrab dengan mereka. Jangan kenyangkan perutmu, nanti padan cahaya hikmahdalam hatimu.” Kedua ; Melembutkan hati dan membersihkannya, sehingga mampu merasakan kelezatan berzikir. Menurut para ahli sufi, sebab utama hilangnya kelezatan berzikir adalah perut yang kenyang. Dengan puasa hati semakin lembut dan bersih, sehingga dapat meraskan kelezatan berzikir dan kenikmatan munajad kepada Allah swt. Ketiga ; meluluhkan dan merendahkan hati, menghilangkan kesombongan dan keliaran jiwa. Ketika Rasulullah ditawarkan semua kenikmatan dunia, ia menolaknya dan berkata, “Tidak’ aku ingin lapar sehari dan kenyang sehari. Pada waktu lapar aku bisa bersabar dan merendahkan diriku, pada waktu kenyang aku bisa bersyukur.” Keempat ; Mengingatkan kita pada ujian dan azab Allah swt. Ketika berpuasa kita dapat merasakan dan membayangkan pedihnya azab Allah, mudah mengingat pedihnya sakaratul maut dan pedihnya azab di akhirat. Sebab itulah ketika nabi Yusuf as, menjadi menteri Logistik, Ia membiasakan puasa setiap hari. Orang bertanya kepadanya” mengapa anda lapar padahal perbendaharaan bumi di tangan anda?”, Nabi Yusuf as, menjawab,”aku takut kenyang dan melupakan orang-orang yang kelaparan. Lapar menggetarkan jiwa jika mengingat akhirat dan segala adzabnya.

Dengan demikian Ibadah puasa merupakan sayari’at yang amat penting. Ia menjadi manifestasi religiusitas dan seagung-agung qurbat atau amal yang mendekatkan diri kepada Allah swt, sebab ia menyimpan rahasia antara hamba dengan Allah swt. Allah swt mengawasi mereka dalam keadaan apapun dan mereka merasakan kehadiran-Nya. Semakin dekat dengan Allah swt, semakin jauh dari syaithan maka semakin sempurna ketaqwaan. Sebab itu puasa merupakan jalan terdekat menuju Allah swt, yang akan melahirkan orang-orang muttaqin. Amin. []