INOVASI GLOBAL DAN TANTANGAN MORALITAS

Diposting oleh Zaid, ST 02 Des 2021, 16:12:09 WIB Opini
INOVASI GLOBAL  DAN TANTANGAN MORALITAS

Memuncaknya capaian hasil cipta tehnologi di semesta raya globalisasi telah mempresentasikan wajah dunia yang uncertainty ( ketidak pastian ). Masyarakat global sedang berhadapan dengan ambiguitas nilai yang membangun semangat masa depan. Masyarakat dunia sedang merancang masa depan melalui lompatan perubahan dalam seluruh skala lini kehidupan. Era seperti ini disebut dengan era disrupsi. Kehidupan bangsa-bangsa di era ini mengalami perubahan secara drastis menuju tatanan hidup baru. Kehidupan era baru adalah hasil cipta inovasi global yang terus berproses. Inovasi global melahirkan lompatan perubahan dalam setiap area semesta akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang begitu canggih dan cepat. Tatanan kahidupan social mengalami perubahan secara dahsyat termasuk tatanan kenidupan beragama.

Di era disrupsi masyarakat dunia menghadapi guncangan psikologis yang sangat dahsyat. Ciri kehidupan sangat tidak menentu yang oleh para puturolog disebut dengan VUCA atau singkatan dari Volatility, Uncertainity, Complexity dan Ambiguity ( Prof. Dr. Arif Satria : 2021 ). Dalam kehidupan seperti itu kebingungan dan ketidak pastian menjadi realitas social yang tak terbantahakan. Kebingungan social merambah masuk dalam perilaku agama, sehingga prinsif-prinsif keimanan dalam persaingan hidup tidak mutlak menjadi pedoman. Moralitas iman tidak dijadikan basis perilaku seseorang atau kelompok orang karena basis kebaikan sering dinilai dari perspektif kemanusiaan semata dengan kurang mempertimbangkan perspektif ke-Tuhanan. Hal ini dapat menyebabkan rapuhnya ( fragile ) tatanan moralitas dan bahkan keyakinan beragama itu sendiri.

Inovasi global menjadi tantangan yang cukup berat jika kesiapan umat beragama lemah tak berdaya. Moralitas bangsa akan rapuh, saling curiga satu sama lain akan tumbuh akibat konsumsi informasi yang overloaded. Hidup dibanjiri oleh limpahan Informasi, dan kadang tidak kita butuhkan. Limpahan informasi yang kita konsumsi itu cenderung melalaikan dan memalingkan kita dari kebiasaan baik dalam agama.

Walaupun demikian rapuhanya moralitas agama akibat inovasi global tentu ada solusi diantaranya adalah dengan kembali menciptakan kekuatan diri melalui peneguhan dan pemantapan perilaku iman dan amal nyata. Disini perlunya kelincahan ( agility ) dan kesiapan menghadapi tantangan perubahan yang terjadi. Kita harus kembali memperkuat visi iman dan keyakinan agar keteguhan hati dan moralitas agama tidak bergeser dan tidak berubah dalam situasi apapun.

Disamping itu perlu reformulasi da’wah digital untuk penyeimbang kekuatan informasi global yang kadang dapat merusak nilai-nilai moral kemanusiaan. Dalam hal ini inovasi da’wah harus memanfa’atkan tehnologi informasi berbasis digital yang dilakukan mulai dari rumah tangga, sekolah, kantor, pasar dan di tempat-tempat strategis lainnya. Reformulasi da’wah digital merupakan dawah berbasis riset agar dapat memudahkan menyusun road map atau peta jalan da’wah sesuai kebutuhan masyarakat yang terus berubah.

Sebagai insan yang beriman, umat beragama tidaklah perlu terlalu cemas dalam menghadapi perubahan yang terjadi dan sangat cepat itu. Manusia pada dasarnya telah dibekali kemampuan untuk menghadapi beratnya beban persoalan hidup ini. Persoalan hidup dengan segala tantangannya baik persoalan kesulitan ekonomi, kesulitan lapangan kerja dan sebagainya, kesemuanya memerlukan kesiapan dan ketangkasan kita untuk menghadapinya. Di sisi lain persoalan yang tak kalah hebatnya adalah maraknya kriminalitas dan amoral seperti perkosaan, perampokan, pembunuhan dan sebagainya yang kita tonton setiap hari melalui media dan alat komunikasi lainnya. Kriminalitas dan amoral adalah penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki moralitas agama yang rendah.

Lalu pertanyaannya adalah bagaimana kita menghadapi tantangan tersebut dan menyikapi goncangan perubahan itu, agar moralitas agama tetap eksis dan hadir dalam era kebangkitan inovasi global saat ini.Yang dapat kita tawarkan dalam artikel ini adalah;

Pertama, membangun kembali optimisme religius secara sungguh-sungguh. Optimisme religius adalah optimisme yang dibangun berdasar tekat iman kuat yang terpatri dalam batin, yang menjadi energy pendorong kehidupan beragama. Dalam menghadapi guncangan perubahan yang sangat cepat kita membutuhkan Sumber Daya Insani ( SDI ) unggul yang memiliki optimisme religious dengan keyakinan yang teguh dan utuh. Otimisme religious harus dibarengi dengan wawasan iman yang dapat merefleksikan tindakan amal nyata melalui fakta ibadah dan karya. Upaya membangun wawasan keagamaan yang luas dan kuat tersebut diantaranya adalah dengan membangun mental pembelajar. Mental pembelajar akan menjelma menjadi peribadi yang lincah dan adaptif sehingga melahirkan kepribadian yang future mindset ( pola pikir masa depan ). Future mindset adalah kepribadian yang memiliki daya pandang ke depan dengan penuh keyakinan bahwa perubahan adalah keniscayaan. Menjadi pembelajar yang lincah dan tangguh adalah bekal penting menghadapi perubahan dan ketidak pastian.

Kedua ; Membangun high trust society. Menghadapi dunia baru akibat inovasi global yang sangat dahsyat saat ini membutuhkan masyarakat berkeyakinan agama yang tinggi. Menurut riset Fukuyama ( 1995 ) masyarakat berkeyakinan tinggi adalah ciri masyarakat maju yang dapat menghadapi masa depan. Untuk membangun high struct society adalah dengan memperkuat integritas, dan integritas itu lahir dari kejujuran dan saling percaya yang tinggi dalam masyarakat. Sebab itu faktor kejujuran adalah factor yang paling menentukan dalam menghadapi perubahan masa depan yang lebih baik. Berdasarkan hasil riset Thomas J. Stanley menyebutkan bahwa dari 100 faktor yang membuat orang sukses, ternyata IQ berada di urutan ke 21, bersekolah di sekolah favorit di urutan ke 23, dan lulus dengan nilai terbaik berada di urutan ke-30. Sementara factor yang menempati urutan ke-5 besar adalah kejujuran, disiplin, skill interpersonal yang baik, dukungan dari pasangan hidup, dan bekerja lebih keras dari orang lain ( Stanley TJ : 2021 ).

Ketiga ; Memperteguh spiritualitas untuk transformasi. Menghadapi kebangkitan inovasi global membutuhkan spiritualitas yang tangguh. Spiritualitas yang tangguh ditandai oleh asfek Ilmu, Iman dan amal soleh yang menjadi kesatuan moral dalam hidup bermasyarakat. Dengan melembaganya ketiga asfek tersebut akan menjernihkan penglihatan bathin dalam multi dimensi perubahan baik secara personal, social ataupun institusional. Penglihatan bathin manusia sering tertutup oleh penglihatan zahir sehingga daya fitrah tidak dapat bangkit, akibatnya semangat dan wawasan iman menjadi sempit adanya. Di era perubahan seluruh bangsa-bangsa tak terkecuali Indonesia sangat membutuhkan karakter religious yang kuat menuju transformasi bangsa ke depan. Untuk itu sudah saatnya spiritualitas di jadikan sebagai modal dasar dan landasan menuju transformasi kebangkitan masa depan.

Dengan demikian , untuk menghadapi perubahan sebagai buah inovasi global, bangsa ini sangat membutuhkan orang-orang yang memiliki optimisme religious dan high trust society yang kuat serta keteguhan spiritual untuk transformasi. Dengan memperkuat ketiga asfek tersebut diharapkan moralitas agama dapat eksis sebagai pendorong dan pemandu jalannya perubahan yang sangat cepat. Akhirnya kita berharap bangsa Indonesia kuat dan mampu menghadapi tantangan baru tersebut dan sukses membangun cita-cita bangsa yang maju dan modern.Amin.[]