LITERASI PUASA
Hikmah

Diposting oleh Zaid, ST 05 Apr 2024, 15:04:00 WIB Opini
LITERASI PUASA

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu mendapati bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.( Qs. 2 : 185 ), Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kecerdasan / kebenaran.( Qs ; 2 : 186 ).

 

Diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan merupakan salah salah satu bukti kecintaan Allah swt kepada hambanya. Di dalam puasa banyak terdapat nilai-nilai pendidikan yang bermanfaat bagi manusia, baik pendidikan jasmani maupun pendidikan ruhani. Pendidikan jasmani dalam perintah puasa adalah dalam bentuk pengaturan makan dan minum di siang hari, sehingga manusia akan sehat secara biologis, Rasul memerintahkan “sumuu tashihu”, berpuasalah kamu sekalian, maka kalian akan sehat. Sementara dalam bentuk pendidkan ruhani , puasa adalah latihan mengendalikan hawa nafsu yang senantiasa menjerat manusia ke jalan kesesatan dan dosa.

Mengendalikan hawa nafsu merupakan aktifitas ruhani yang sangat berat. Banyak manusia yang hancur kemuliyaannya karena hilangnya moralitas kemanusiaanya disebabkan aktifitas ruhani yang lemah. Lemahnya aktifitas ruhani menyebabkan kesadaran manusia hilang sehingga hawa nafsu dengan mudah menguasai dirinya. Dengan berpuasa manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya sehingga membebaskan diri dari jeratan gravitasi aktifitas hidup duniawi yang telah memenjarakan dan menjauhkan manusia dari orbit Ilahi Tuhannya.

Di bulan Ramadhan diwajibkan kita berpuasa. Sebagaimana diperintahkan Allah swt dalam Qs. 2 ; 183 ; “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Orang-orang yang berpuasa akan menemukan kehidupan yang sejati. Ia memiliki kekuatan untuk merekonstruksi kemapaman hidup yang cenderung pengap dan terkontaminasi oleh berbagai penyimpangan gaya hidup modernisasi. Lalu dengan berpuasa kita rekonstruksi ulang untuk merevitalisasi kesucian batin kita.

Selama berpuas kita dianjurkan untuk lebih banyak diam, merenung, bermuhasabah, dan memperbanyak dialog dengan diri dan Allah swt melalui penghayatan akan makna lapar dan haus. Sebab itu puasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, menahan diri dari sahwat tetapi juga menahan diri dari fikiran-fikiran yang negatif.

Ibadah puasa memiliki nilai literasi yang amat dalam. Ia mengajak manusia untuk melakukan introsfeksi dan mengoreksi diri terhadap semua perilaku lahir dan bathin. Mengoreksi periaku lahir adalah dengan memutuskan diri dari hegemoni dunia yang selalu memasang jebakan terhadap perjalanan hidup kita menuju tuhan. Mengoreksi perilaku batin adalah dengan menata kembali landasan, pedoman, dan tujuan hidup kita sendiri. Hal ini akan mengantarkan orang yang berpuasa membuka jalan terang untuk lebih dekat dengan Tuhannya.

Sebab itu literasi puasa memiliki banyak dimensi yang dapat membangun diri, masyarakat dan bahkan bangsa sesuai dengan nama atau sebutan bulan ramadhan yang penuh berkah. Menurut Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA diantara dimensi Ramadhan itu adalah Ramadhan sebagai bulan Allah swt, bulan spiritual, bulan introsfeksi diri, bulan persaudaraan serta bulan peduli terhadap pakir miskin dan anak yatim ( Komaruddin Hidayat ; 2026 ).

Literasi puasa memberikan pendidikan dan latihan untuk membangun manusia sempurna ( insan kamil ). Puasa mendidik manusia merasakan hikmah dari Allah swt. Dialah Allah swt yang menjadi guru bagi orang yang berpuasa. Sebab itulah bulan puasa dinamakan juga bulan suci. Karena di bulan puasa itu Allah swt yang Maha Suci menaburkan hikmahnya bagi orang yang dikehendaki. Jika hikmah itu masuk kedalam hati orang yang sedang berpuasa, maka merasakan lapar dan haus bukan karena kelaparan dan kehausan tetapi karena tidak makan dan tidak minum adalah sifat Allah swt yang Maha Agung. Sebab itu ketika orang beriman berpuasa maka ia sedang merasakan kehadiran Tuhan dalam sifat-Nya yang tidak makan dan minum.

Literasi puasa mendidik orang beriman merasakan cinta Ilahi. Pendidikan cinta merupakan refleksi sifat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Allah Yang Maha mencintai menaburkan cinta-Nya di hati orang yang berpuasa sehingga ia mudah menyayangi sesama. Sebab itu ketika melakukan puasa Nabi saw menganjurkan melakukan ibadah qauliyah ( ucapan yang baik ) dan ibadah fi’liyah ( sholat wajib dan sunnah, zakat infaq dan sodaqah ).

Disamping puasa sebagai pendidikan cinta puasa juga dapat membangun ruhani ketitik puncak perkembangan hakiki. Ruhani manusia tidak akan tumbuh menuju kesempurnaan hakiki tanpa upaya yang sungguh-sungguh. Sebab itu semua agama ( agama samawi ) mengajarkan syariat puasa dengan tujuan mendidik ruhani manusia. Menurut Prof. Dr. Jalaludin Rahmat MA, puasa disyariatkan Allah swt dalam seluruh agama karena beberapa sebab yaitu ; pertama, puasa adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, kedua; agama dapat memenuhi kebutuhan spiritual manusia.

Dalam pandangan ulama tasawuf yang membedakan manusia dengan binatang adalah ruh. Mereka banyak berpendapat bahwa ruh adalah hakikat kemanusiaan. Hal ini pernah diteliti oleh ilmuan Barat. Penelitian tersebut mengamati sekelompok orang-orang yang berpuasa. Setelah beberapa hari puasa terjadi sesuatu yang aneh. Pikiran mereka menjadi filosofis. Mereka menjadi bisa berfilsafat seperti filosof. Mereka yang berpuasa mulai dapat berfikir yang abstrak. Fikiran mereka tidak terbatas hal-hal yang kongkrit saja. Ini sesuai dengan petunjuk Allah swt dalama ayat tentang puasa yaitu dalam Qs. 2 : 185-186 ; “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu mendapati bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur” ( Qs : 2 : 185 ) kemudian, “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kecerdasan / kebenaran” ( Qs; 2 : 186 ).

Kedua ayat diatas menjelaskan bahwa literasi puasa akan berdampak kepada dimensi hikmah yang akan diperoleh oleh orang-orang yang berpuasa yaitu syukur dan cerdas. Keperibadian yang bersyukur dan cerdas adalah tipikal orang-orang yang bertaqwa. Mereka yang mendapatkan hikmah tersebut senantiasa sanggup menahan diri dari godaan kenikmatan materi yang bersifat sementara, demi mendapatkan kenikmatan ruhani yang jauh lebih tinggi dan hakiki. Dalam kehidupan sosial mereka akan mampu menahan diri dari rayuan manis duniawi yang sering menyeret manusia kepada gaya hidup egoistik dan hedonistik.

Kesanggupan menahan diri untuk tidak terjatuh dalam dominasi nafsu hedonis, pada hakikatnya kita tengah menumbuhkan dan memperkuat kualitas insani kita sendiri. Dan pada intinya orang berpuasa sedang melakukan transformasi transendensi dan menginternalisasi nilai-nilai Ilahi yang lebih mulia sehingga betul-betul menjadi orang yang bertaqwa.Amin. []