JENDELA HATI
HIKMAH

Diposting oleh Zaid, ST 19 Sep 2021, 08:51:54 WIB Opini
JENDELA HATI

Dalam hadits Riwayat at-Tarmidzi, Rasulullah bersabda, “Ketika cahaya telah masuk di dalam hati maka (hati itu) akan menjadi luas dan lapang.” Para sahabat bertanya, “Apa tandanya, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Al-inabah ila dar al-khulud, wa at-tajafa‘an dar al-ghurur, wa al-isti’dad lil maut qabla nuzulih.” Yakni, kembali ke negeri keabadian (akhirat), menjauh dari negeri ketertipuan (dunia), dan bersiap-siap menjemput kematian sebelum datang kematian itu. Kemudian dalam kesempatan lain Rasulullah saw bermunajat ; "Ya Allah terangilah hati kami dengan cahaya petunjuk-Mu, seperti Engkau menyinari alam semesta ini selamanya dengan sang surya dan rahmat-Mu"

Satu unsur penting yang sangat fundamental dalam diri manusia adalah hati. Dalam istilah psikologi disebut juga dengan jiwa. Dalam jiwa inilah manusia merasakan indahnya nilai dan makna hidup. Nilai ini sering juga disebut dengan ruh , spirit dan dalam kata lain selalu disebut sebagai spiritual. Aktualitas spiritual akan berwujud dalam bentuk budi pekerti atau akhlaq. Implikasi akhlak yang baik atau buruk bermula pada hati. Dalam hati itulah terdapat relung yang menjadi celah untuk saling mempengaruhi antara sifat baik dan sifat buruk atau jahat. Relung batin demikian yang kemudian kita disebut sebagai jendela hati. Jendela hati manusia dapat tertutup rapat dan dapat pula terbuka lebar. Kondisi ini sangat ditentukan oleh pengaruh dari dalam dan dari luar diri manusia itu sendiri.

Memang hati manusia sangat sulit diduga dan diketahui, namun dapat mempengaruhi segala perilaku dan aktivitas sendi-sendi kehidupan sosial di lingkunganya. Ini disebabkan karena hati tidak bisa berdiri sendiri tetapi ditentukan juga oleh fikiran rasional sebagai pengendali sikap dan perilaku manusia.

Walaupun hati sulit ditebak , tetapi pintu masuk ke dalamnya dapat diketahui. Pintu itulah yang kita sebut sebagai jendela hati tempat masuknya kekuatan spiritual yang muncul dari jiwa yang telah melalui proses yang panjang yaitu pelatihan ruhaniah, riyadhah dan ibadah sebagaimana yang sudah dikaji oleh para ulama sufi dan para cendekiawan muslim terutama bagi mereka yang konsen pada pembinaan akhlak seperti al-Ghazali, Ibn Maskawaih dan Ibnu Qayyim dan yang lainnya ( Siagian : 2018 ).

Mata adalah lenterah hati, ( Prof. Dr. Qurays Shihab : 2007), dan hati adalah jiwa syahadah yang amat luas dan sering juga disebut dengan qalbu. Dalam qalbu bersemayam rasa, cinta dan semangat keimanan dan keyakinan. Sebab itu qalbu perlu selalu diasah, dilatih dan disirami dengan kalimatun thayyibah seperti zikir . doa dan muhasabah dan proses yang paling efektif adalah dengan amaliyah dan ibadah. Melalui amaliyah dan ibadah akan menambah cemerlangnya sinar cahaya jiwa manusia. Hal itu akan memudahkan manusia untuk tampil dalam hidup ini tanpa beban. Hilagnya rasa takut kepada makhluk berganti dengan jubah cinta, yang memandang dunia sekitarnya dengan tanggung jawab ruhani yang luhur. Ketika itulah terbukanya jendela hati manusia dengan sempurna. Sehingga manusia akan bersikap pesimis dalam langkah hidupnya, mampu mengambil hikmah dari jejak kehidupan untuk menatap perjalanan panjang dan tak berujung. Kegalauan dirinya, dosa-dosanya, dia akui dan telanjangi di hadapan Sang kekasih (Allah swt ) sebagai pengakuan yang jujur. Bigitulah jika jendela hati sudah terbuka, manusia dengan mudah menerima kebenaran, memilah kebatilan dan melaksanakan kebaikan.

Ulama tasawuf menyebutkan bahwa jendela hati merupakan pintu masuk kesadaran diri. Melalui jendela hati, manusia sadar akan potensi nurani yang bersemayang di hatinya , mampu menggerakkan kehidupan sesuai dengan tanggung jawab moral yang dipikulnya. Disilah perlunya pendidikan ruhani ( pendidikan iman ) yang akan menjadikan manusia sebagai insan kamil (perfect human ).

Allah swt telah menciptakan manusia seindah dan sesepurna ciptaan. Manusia memiliki nurani yang mempunyai kedalaman dan keluasan yang tak terbatas. Dan bahkan tak dapat dijangkau secara rasional akan keluasannya. Di hati itu terdapat pintu-pitu cahaya Ilahi yang bersemayam sesuai yang dikehendaki-Nya. Dan disini pula manusia tempat bersuka cita, bersedih dan bermuram durja.

Bukalah jendela hatimu. Biarkan cahaya Ilahi menerpa seluruh sudut kehidupanmu. Engkau bersuka cita dibawah semburat cahaya yang membuat seluruh mata memandang dan tubuhmu bergerak bagaikan tarian yang terus meliukkan tubuh mengikuti musik cahaya mata hari. Karena benih-benih pengetahuan dan kearifan dalam jiwamu, hanya bisa di tumbuhkan karena siraman cahaya-Nya. Biarkan dirimu di terpa sinar terang matahari, betapapun panasnya menyengat dan menghanguskan, namun kehidupan tidak akan pernah menemukan kesejatiannya tanpa percikan cahaya-Nya. Rasulullah saw, bersabda ; bahwa Allah swt menciptakan makhluk dalam kegelapan. Kemudian ia memercikkan kepada mereka dari cahaya-Nya ( HR. At-Tarmidzi ).

Jendela hati adalah hamparan yang sangat luas, sebab itu jangan sampai seluruh alam dan isinya masuk ke dalamnya sehingga tertutup untuk terbitnya cahaya Ilahi yang akan menerangi hidup ini. Tutuplah dan kosongkah hatimu dari seluruh sifat dan zat yang dapat mengganggu kesucian bathin. Kunci pintu jendela hatimu dari selain-Nya maka hatimu akan dipenuhi oleh-Nya. Dunia adalah tabir yang membayang-bayangi cahaya-Nya. Bayang-banayang inilah yang sering kali menjadi kabut yang menutupi kesadaran, sehingga kita tak bisa melihat dengan jelas sesuatu yang benar di depan mata.

Karena itu sucikanlah hati dari kecenderungan dunia fana, agar matahari kesadaran bisa terbit darinya. Lalu biarkan cahaya itu menyinarimu dari setiap gerak dan diammu. Semakin terang cahaya dalam hatimu,semakin benderang hamparan yang bisa kita lihat. Lalu apakah kita masih mungkin tersesat ? Sepanjang hati kita tidak pekat, kita akan selamat. Berilah hati kita selalu nutrisi yang benar agar kejernihannya tidak tercemar.

Bila hati kita benar, cahayanya akan mudah memantul. Karena hati ibarat cermin. Semakin jernih cermin semakin terang cahaya yang terpantul. Kita tentu akan menjadi hamba-Nya yang mudah melihat kebenaran, merasakannya, dan bahkan menjadikan kebenaran itu menjadi nafas kehidupan kita. Dengan cermin jernih, gambaran dunia dan diri kita juga terlihat jelas dan bersih, tidak ada bagian-bagian yang samar. Kita terdinding olehnya, dan pintu perbendaharaan-Nya terbuka luas untuk kita. Pandangan kita melewati batasan dan waktu , sebab kekuasaann-Nya yang Maha Gaib terpancar dari jendela hati yang bening dan suci. Amin.[]