LITERASI TEOLOGIS HIJRAH MEMBANGUN GENERASI MILENIAL
HIKMAH

Diposting oleh Zaid, ST 06 Agu 2021, 09:53:10 WIB Opini
LITERASI TEOLOGIS HIJRAH  MEMBANGUN GENERASI MILENIAL

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al Baqarah ayat 218).

 

Bagi umat Islam Indonesia, peringatan Tahun Baru Hijrah yang diperingati setiap tahunnya, selalu dijadikan momentum edukasi pembinaan keummatan. Tahun ini tahun baru hijrah 1443 H jatuh pada tanggal 10 Agustus 2021 M. Walaupun masih dalam suasan pandemic Covid-19, umat Islam tetap memiliki spirit dan komitmen yang kuat dalam memaknai hijrah sebagai tolok ukur kebangkitan peradaban ummat. Peristiwa Hijrah merupakan sejarah sarat nilai dan sebagai indikasi kebenaran ajaran Nabi saw, dan sekaligus ujian pematangan keimanan. Dengan peristiwa itu, umat Islam diharapkan mampu memikul amanah dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di muka bumi dan melanjutkan sejarah peradaban yang gemilang walaupun ditengah suasana sulit saat ini.

Secara Historis, Peristiwa hijrah dicatat sebagai tonggak awal peradaban manusia, sebab peristiwa Hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, menjadi titik awal munculnya Islam sebagai agama dengan etos sosial yang menciptakan masyarakat egaliter serta demokratis. Jika dalam islam, yang dimaksud hijrah adalah peristiwa pindahnya Nabi Muhammad Saw dari kota Suci Mekkah ke Madinah al-Munawwarah, yang kemudian dikenal dengan nama Yathrib, maka yang demikian hijrah hanyalah sejarah pedaban masa lalu yang bersifat historis semata. Oleh sebab itu kita perlu mendalami lebih jauh agar setiap peringatan tahun Baru Hijrah dapat membawa perubahan dalam pergantian generasi. Untuk itu dalam makalah ini akan mencoba memberikan edukasi tentang bagaimana literasi theologis hijrah dalam membangun generasi milenial saat ini. Hal inilah yang akan kita tuangkan dalam kajian artikel kita ini .

 

 

Sekurangnya terdapat tiga kata kunci pada ayat yang kita sebutkan di atas ( Qs : 2 : 218 ), yakni: iman, hijrah, dan jihad, yang ketiganya terpadu menuju satu tujuan yaitu 'yarjuna rahmatallah', berharap mendapat rahmat ( kasih saying ) Allah SWT. Dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir karya Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir dari Universitas Islam Madinah, ayat ini diturunkan untuk pasukan Abdullah bin Jahsy, karena ketika itu mereka bertanya kepada Rasulullah, 'apakah kami boleh mengharapkan diberi pahala para mujahidin dalam peperangan ini? maka Allah swt memberi tahu bahwa mereka mengharapkan pahala itu karena keimanan, hijrah, dan jihad mereka (Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar : 1987 ).

Menurut pandangan Ali Syariati, Hijrah merupakan sebuah gerakan atau loncatan besar manusia, ia meniupkan semangat reformasi dalam konteks sosial-kemasyarakatan. Dan pada giliranya Hijrah akan mampu mentransformasikan masyarakat yang beku dan rigid menuju tangga kemajuan dan kesempurnaan. Oleh sebab itu makna substansinya bukan hanya persoalan pindah dari satu titik ketitik yang lain, lebih dari itu Hijrah hadir sebagai piranti untuk mereformasi (sukidi: 2001). paling tidak dalam beberapa hal yaitu ; pertama, sistem kepercayaan, yakni dari kepercayaan animisme dan politheisme menuju sistem kepercayaan monotheisme. Kedua, pada sistem sosial. Yakni hijrah dari struktur sosial yang timpang, tiran serta berorientasi pada kasta berubah kearah struktur sosial yang egaliter. Ketiga, dalam sistem ekonomi. Yaitu hijrah dari sistem ekonomi yang monopolistik dan kapitalistik menuju sistem ekonomi syari’ah yang distributif. Keempat, pada tataran sistem kekuasaan, yakni Hijrah dari sistem kekuasaan yang otoriter dan absolut menuju sistem kekuasaan yang terbuka dan demokratis. Untuk itu dalam persfektif literasi theologos Hijrah yang kita tawarkan, hijrah memiliki dasar dan prinsif gerakan keagamaan yang dapat di kembangkan dalam membangun generasi milenial yaitu :

Pertama : Gerakan theology peradaban. yaitu gerakan yang menjadikan peristiwa hijrah sebagai tonggak awal peradaban manusia yang berketuhanan , ini difahami bahwa peristiwa Hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW merupakan titik awal munculnya Islam sebagai agama dengan etos sosial yang mempertegas sendi-sendi keyakinan serta menciptakan masyarakat egaliter dan demokratis. Jika dalam islam, yang dimaksud hijrah adalah peristiwa pindahnya Nabi Muhammad Saw dari kota Suci Mekkah ke Madinat al-Munawwarah. Yang dimaksudkan untuk merubah kota yang sebelumnya dikenal dengan nama Yathrib, maka pada intinya adalah untuk menyatukan visi ketuhanan dan kemanusiaan secara utuh dan seimbang dengan tidak mengenal perbedaan antar suku dan golongan. Dengan dasar tersebut, maka peradaban milenial akan tumbuh dengan semangat ketuhanan, kemanusiaan dan kemasyarakatan.

Kedua ; Gerakan membangun kehidupan dalam persfektif syari’ah. Yaitu suatu gerakan budaya kehidupan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Pengertian ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa hijrah adalah mendekatkan diri pada Allah Swt. Hal ini tidak akan terwujud secara sempurna dengan tanpa meninggalkan berbagai dosa dan kesalahan. Lebih jauh dalam kitab Fath al-Bari dijelaskan pula bahwa hijrah itu dapat dibedakan menjadi dua, yakni pertama: hijrah secara lahir dan batin. Secara batin, hijrah berarti meninggalkan segala sesuatu yang mendorong nafsu amarah dalam melaksanakan kejahatan dan mengikuti jejak setan. Sedangkan secara lahir, hijrah berarti menghindar dari berbagai fitnah dengan mempertahankan agama.

Ketiga : Gerakan membangun toleransi dan moderasi beragama, yaitu Hijrah difahami sebagai momentum gerakan humanisasi global dalam pemahaman agama yang moderat, santun, berkeadilan, seimbang, kaffah dan komprehensif. Hal ini sangat prinsif dan penting karena tidak sedikit peluang munculnya kasus-kasus intoleransi dalam masyarakat modern yang dapat mewarnai tatanan globalisasi di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia.

Zaman yang semakin modern dan canggih sekarang ini, membuat apapun bisa diketahui dengan begitu mudah dan praktis. Terlebih lagi banyaknya pengguna telepon pintar yang didalamnya menyuguhkan sarana ruang komunikasi yang begitu luas, ruang itu kita kenal dengan media sosial. Media sosial sekarang sebagai konsumsi sehari-hari dan era ini juga disebut dengan era digital yang tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi generasi milenial saat ini. Tidak hanya sekedar tantangan, yang sangat kita khawatirkan adalah ketakberdayaan generasi dalam memperkuat spirit keimanan akibat kecanduan bermedsos, sehingga melemahnya nilai-nilai agama ( baca: Islam ) dalam kehidupan.

 

 

 

Untuk mengimbangi hal tersebut , maka dalam literasi teologis hijrah, spirit ketuhanan , kemanusiaan dan kebangsaan menjadi pendorong lahirnya generasi milenial dengan tujuan untuk mendapatkan rahmat dan keridhaan Allah swt, sebagaimana dalam Qs : al-Anfal ayat 74 yang artinya : Bahwa orang-orang beriman yang berhijrah dan berjihad dengan motivasi karena Allah dan tujuan untuk meraih rahmat dan keridhaan Allah, mereka itulah adalah mu’min sejati yang akan memperoleh pengampunan Allah, memperoleh keberkahan rejeki dan nikmat yang mulia, dan kemenangan di sisi Allah. Swt.

Dengan demikian dapat kita fahami bahwa Hijrah memiliki tendensi progresif dan dinamis dalam mewujudkan gerakan pembangunan generasi milenial yang berperadaban muliya. Untuk itu, peringatan hijrah tahun ini ( 1443 H/2021 M ) dapat kita jadikan sebagai starting point bagi bangsa kita yang sedang berjuang menghadapi musibah Covid-19 untuk kemudian melakukan reformasi dalam segala bidang secara total menuju Indonesia maju, bersatu, untuk membangun generasi yang berperadaban serta membangun bangsa yang kita cintai ini dari keterpurukan dan krisis multi-dimensi akibat pandemic global yang sedang melanda kita saat ini. Amin. []