ILMU DAN SPIRITUALITAS MEMBACA
Membaca Adalah Ibadah

Diposting oleh Zaid, ST 21 Apr 2020, 14:01:36 WIB Opini
ILMU DAN SPIRITUALITAS MEMBACA

Sudah berabat-abat lamanya para ulama terus-menerus membahas Ilmu melalui berbagai referensi , perpustakaan dan berbagai penelitian ilmiyah. Karena ilmu merupakan peradaban Islam satu-satunya yang menjadi kunci utama dan penentu dalam kehidupan manusia. Ilmu menempati posisi yang sangat strategis dan penting dalam Islam. Penekanan kepada ilmu dalam ajaran islam sangat jelas terlihat dalam al-Quran dan sunnah Nabi SAW. Di antara yang paling utama adalah Al-Quran surat al-Alaq ayat 1-5 yang memberikan tekanan pada pembacaan sebagai wahana penting dalam usaha keilmuan, dan pengukuhan kedudukan Allah swt, sebagai sumber tertinggi ilmu pengetahuan manusia. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. ( QS; al_’Alaq 1-5 ).

Dalam wahyu pertama juga Allah swt telah memerintahkan manusia untuk mencari ilmu lewat membaca, seraya meminta perhatian bahwa Allah SWT, telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Modus serupa juga terdapat dalam ayat-ayat yang lain, dimana Allah swt mengajak manusia merenungkan dan memikirkan fenomena alam, psikologi manusia dan sejarah. Semua itu mengindikasikan berlakunya kaedah induktif keilmuan dalam Islam. ( Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud.MA : 2003 ). Ilmu pengetahuan yang menyangkut dengan asfek keagamaan di kenal dengan nama al-‘ulumus-syar’iyyah ( Ilmu Syari’ah ) . Penekanan ilmu syari’ah disamping berupaya menentukan perintah-perintah dan larangan dalam Islam dan menterjemahkannya ke dalam perundang-undangan , juga menentukan institusi maupun metodologi untuk pelaksanaan syari’at.

Ilmu pengetahuan dapat berkembang melalui penelitian, opservasi, penela’ahan serta membaca sumber-sumber pengetahuan. Dalam epistemology Islam salah satu sumber Ilmu pengetahuan adalah Al-Quran atau wahyu ( Manna Khalil al-Qatan : 2001 ), walaupun banyak sumber-sumber pengetahuan lainnya seperti alam syahadah dan pengalaman empiris lainnya. Mengingat membaca merupakan jendela pembuka ilmu pengetahuan , maka sebagian ulama berpendapat bahwa membaca adalah wajib bagi perkembangan peradaban Ilmu. Membaca merupakan perintah utama dalam memahami Ilmu. Membaca adalah salah satu fungsi indera untuk mengetahui, sehingga al-Quran mengajak manusia untuk menggunakan indera dan aqal sekaligus dalam pengalaman manusia, baik yang bersifat fisik maupun metafisik karena indera dan aqal saling menyempurnakan. Membaca adalah interaksi manusia dengan Allah swt dengan melibatkan tiga unsur penting yaitu ‘aqal, qalbu dan panca indera. Ketiga unsur ini hadir ketika manusia membaca . Oleh sebab itu membaca merupakan perintah utama dalam memahami agama dalam upaya mengenal Tuhan Sang Pencipta. Menurut Imam al-Ghazali, pancaindera merupakan sarana penangkap pertama yang muncul dari dalam diri manusia, dan ia merupakan tentara qalbu yang akan menagkap kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

Melemahnya minat membaca umat Islam hari ini merupakan bagian dari peta sejarah baru dalam perjalanan peradaban manusia. Jika kita lihat data tentang literasi minat baca yang disampaikan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 kemudian peringkat literasi bertajuk 'World's Most Literate Nations' yang diumumkan pada Maret 2016, produk dari Central Connecticut State University (CCSU). Menunjukkan rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia dibanding negara-negara di dunia. Dari 72 negara yang diteliti dengan respondennya anak-anak usia sekolah, jumlahnya sekitar 540 ribu anak.

Indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara yang disurvei (bukan 72 karena 2 negara lainnya yakni Malaysia dan Kazakhstan tak memenuhi kualifikasi penelitian). Finlandia yang selama ini dipandang punya pendidikan mumpuni ternyata ada pada urutan ke-5. Yang mengejutkan, Vietnam ada pada urutan ke-8 di bawah Kanada dan di atas Hong Kong. Inggris berada pada urutan ke-15 disusul Jerman. Amerika Serikat ada di urutan ke-25. ( Danu Dhamarjati : 2019 ).

Dari survey tersebut tradisi membaca masyarakat kita sa’at sangat lemah. Dari kebiasaan yang kita lihat bahwa masyarakat lebih senang ngobrol ( chating ) melalui telephon seluler atau hand phon. Mungkin awalnya terkondisikan oleh factor geografis yang subur dan kehidupan yang komunalistik, hidup bisa dijalani dengan santai, tak perlu kerja keras,. Akibatnya banyak waktu senggang yang terbuang yang seharusnya di gunakan untuk belajar dan menjalani ritual dan vestipal keagamaan serta menciptakan karya nyata. Lebih dari itu masyarakat nusantara juga terbiasa dengan acara kumpul, bincang-bincang santai, dan menghabiskan waktu untuk ngobrol.

Sementara budaya tulis baca belum mapan, kita juga ditindas dan dibuat bodoh oleh sisa-sisa peodalisme penjajah. Dalam suasana tertindas melawan peodalisme, maka bergerilya, mobilisasi masa dan orasi agitatif bermunculan. Lagi-lagi situasi ini meperkuat tradisi bicara dengar ( talking and listening ). Tradisi bicara dengar ini cukup menonjol dalam kegiatan da’wah keagamaan. Kita menyaksikan orator, singa podium dan juru da’wah yang mempu menyedot ribuan pendengar. Model komunikasi ini diperkaya lagi oleh acara mimbar agama di televisi, sehingga bertambah lagi tradisi baru masyarakat kita, yaitu budaya menonton.

Yang tak kalah penomenal dan instrumental adalah ditemukannya tehnologi digital berbasis internet, yang pada gilirannya mengubah pola komunikasi social secara drastis. Ditengah minat baca tulis belum mentradisi kuat dalam masyarakat kita, sekarang difasilitasi lagi mengobrol lewat telefon dan Medsos. Meskipun orang memiliki akun Twitter dan WhatsApp, dan orang asik memainkan jarinya untuk menulis, namun yang berlangsung kebanyakan sebuah obrolan lewat tulisan. Tehnologi digital memang merupakan revolusi industri mutaakhir, tetapi banyak dari kita yang menggunakan masih tetap bermental komunal yang senang ngerumpi, ngobrol dan bergosip. Hanya sedikit yang memanfaatkannya untuk berburu e-book,e-novel, dan informasi ilmiyah lainnya. Oleh sebab itu secara prinsif antara Ilmu pengetahuan dan tradisi membaca tidak dapat dipisahkan, antara Ilmu pengetahuan dan keimanan harus sejalan. Dalam hal ini Imam al-Ghazali menyatakan bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim untuk mengetahui perintah dan larangan dalam beragama sebagaimana dalam teorinya mengatakan: “al-‘ilm bikayfiyyat al-‘amal al-wajib fi’luhu aw tarkuhu”.

Membaca adalah kewajiban , dari membaca kita mengetahui siapa makhluq dan siapa khaliq. Membaca adalah kunci ilmu pengetahuan yang akan mengantarkan manusia kepada kejayaan. Karena Ilmu berasal dari konsonan kata dari huruf “ain”-“lam”-“mim”. Menurut ulama tasawwuf huruf “ain” , bermakna “illiyyin” yang berarti tinggi, maka orang yang berilmu akan memiliki dearajat yang tinggi disisi Tuhannya, huruf “lam” bermaknai “lutfun” yang berarti lembut, maka orang yang berilmu akan memilki sifat lemah lembut, sementara huruf “mim” bermakna “mulkun” yang berarti menguasai atau raja, sebab itu orang yang berilmu adalah orang menguasai sesuatu karena ilmunya. Tanpa membaca tiadalah ilmu tanpa ilmu tiadalah kemajuan dan tanpa kemajuan tiadalah peradaban. []