THEOLOGI KESEHATAN / THEOLOGICAL HEALTH MENGUAK KETAKUTAN MANUSIA AKAN WABAH PENYAKIT
DALAM KASUS VIRUS CORONA DI INDONESIA

Diposting oleh Zaid, ST 10 Mar 2020, 14:40:24 WIB Opini
THEOLOGI KESEHATAN / THEOLOGICAL HEALTH MENGUAK KETAKUTAN MANUSIA AKAN WABAH PENYAKIT

Keterangan Gambar : Kepala Kemenag Lingga


Gegernya dunia kesehatan kita sa’at ini akibat berkembangnya Virus Corona telah menyebabkan ketakutan masyarakat dunia (the shock of the worid community ) termasuk Indonesia. Bagaimana dan apa penyebab virus corona ini berkembang secara medis belum memberikan jawaban secara pasti, yang jelas wabah virus ini muncul di negara China atau tepatnya di Wuhan. Menurut laporan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng Mohammad Faqih mengatakan hingga saat ini belum ada laporan yang menyebutkan bahwa Novel Coronavirus  atau  Virus Corona, menjadi penyebab tunggal kematian para korban. Virus ini baru pertama kali merebak di pusat kota Wuhan, China. Wuhan, China, menjadi lokasi awal ditemukannya kasus virus Corona 2019-nCoV dan terus menyebar di antara penduduknya. Dikutip dari CNN, virus Corona menyebabkan 300 kematian dan 14.300 kasus telah terkonfirmasi di seluruh China. Sementara, Indonesia baru saja memulangkan 238 warganya dari Wuhan akibat ketakutan wabah Virus Corona. Mereka ditempatkan di Hanggar pangkalan udara Raden Sadjad, Natuna, Kepulauan Riau (Kepri), yang akan dijadikan lokasi observasi. Dan banyak lagi Negara lain yang mengalami ketakutan yang sama. Pada Minggu, 02 Februari 2020  media China  dan media lainnya menginformasikan lebih  14.201 orang telah tertular virus dan diperkirakan yang  meninggal dunia lebih 56 orang. Akibat itu semua  dunia tersentak dan ketakutan yang luar biasa sehingga dalam waktu singkat secara serentak negara-negara yang terlibat langsung mengambil langkah antisifasi terhadap pencegahan wabah virus tersebut . 
Ketakutan manusia akan wabah penyakit ( baca: Virus Corona ) merupakan fitrah yang tak dapat dibantah. Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki keinginan untuk tetap hidup dan sehat, baik secara fisik- biologis mapun psikologis atau dalam bahasa agama sehat jasmani maupun ruhani. Tidak ada satupun manusia yang ingin terganggu kesehatannya  akibat penyakit.  Oleh sebab itu kesehatan adalah sesuatu yang sangat penting dan mahal harganya. Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang tak terhingga. Tetapi siapa yang bisa mengira bahwa karunia yang besar itu bisa saja  rusak akibat penyakit atau di  cabut dan diangkat oleh Sang Maha Kuasa. Lalu mengapa ketakutan seperti sa’at ini bisa terjadi ? Sudah banyak para dokter , para ahli kesehatan,  dan bahkan pemerintah mencoba mengatasi permasalahan itu , tapi tetap masih menimbulkan ketakutan dan keresahan , sehingga ada yang menolak upaya pemerintah untuk tempat observasi dan isolasi warga yang bersentuhan langsung dengan daerah Wuhan ( seperti di Natuna Kepri ). Jika kita lihat informasi yang beredar baik media social maupun media elektronik pemerintah sudah berusaha mencarikan solusi yang tepat namun apa yang diupayakan itu masih menyisihkan permasalahan seperti ketidak puasan dan bahkan ketakutan. Penyebab yang demikian bisa saja terjadi karena upaya yang dilakukan hanya mengandalkan kekuatan tehnologi dan ilmu pengetahuan yang terbatas, sehingga orgumentasi yang terbangun dalam usaha penanganan tersebut hanya bersifat rasional-analisis  alias mengandalkan aqal sementara aqal manusia sangat terbatas dan bahkan kadang-kadang hanya mencerminkan  keangkuhan manusia  tanpa  merasa ada  campur tangan Tuhan. 
Dengan melihat kecenderungan masyarakat global hari ini dan dengan kemajuan teknologi transportasi dan era perdagangan bebas sa’at ini, interaksi social antar negara tak dapat dibendung sehingga bisa saja berisiko menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit baru atau penyakit lama yang muncul kembali dengan penyebaran yang lebih cepat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan dalam masyarakat. Inilah yang sedang kita alami saat ini, sehingga menyebabkan ketakutan masyarakat  sedemikian rupa. Sekali lagi bahwa upaya pemerintah dan berbagai badan organisasi kesehatan telah  melakukan upaya penanganan, baik dalam bentuk cegah tangkal penyakit terhadap faktor risiko kesehatan secara komprehensif dan terkoordinasi, maupun dengan melakukan kerjasama dengan unsur-unsur sumber daya, peran serta masyarakat, dan kerja sama internasional. Oleh sebab itu  sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia telah berkomitmen melakukan upaya untuk mencegah terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan itu sebagaimana yang kita saksikan sa’at ini. Upaya ini tentu tidak lepas dari apa yang diamanatkan dalam regulasi internasional di bidang kesehatan, dengan menghormati  martabat, hak asasi manusia, dasar-dasar kebebasan seseorang, dengan penerapan secara universal.
Karena kesehatan sangat erat kaitannya dengan fitrah penciptaan manusia , maka sudah sepatutnya upaya  dan solusi terhadap problematika wabah Virus Corona tidak semata-mata hanya diupayakan melalui persefsi dan pendapat rasional pendekatan medis dengan mengemukakan data dan fakta  kongkrit tetapi upaya yang dilakukan sejatinya disandarkan pada nilai keimanan dan keyakinan serta dasar ketuhanan yang kuat bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa Dialah  yang telah mentakdirkan wabah  virus dan sederetan wabah lainnya di bumi ini.  Dengan demikian berarti kita telah meletakan kembali kesadaran fitrah kita dan menyadari kelemahan dan keterbatasan manusia di hadapan Sang Maha Pencipta, tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendak-Nya. Apabila hal  ini yang menjadi tolok ukur maka apapun aktivitas, usaha dan ikhtiyar manusia maka tidak akan lepas dari dasar ketuhanan dan kepercayaan manusia itu. Disinilah urgensinya ,bahwa kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan dasar-dasar ketuhanan dan keyakinan dan secara prinsip inilah yang kita sebut  dengan Theologi Kesehatan.
Teologi  dari bahasa Yunani;  theos, yang berarti  " Tuhan", dan , logia, berarti ; "kata-kata," "ucapan," atau "wacana") atau kadang disebut ilmu agama adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan. Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Sedangkan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis ( KBHI : 1987 )  Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan, dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan. Dengan demikian Theologi Kesehatan yang kita maksudkan disini adalah upaya pencegahan kesehatan akibat wabah virus yang melanda dengan tidak hanya mengandalkan kekuatan medis dan tehnologi modern semata tetapi upaya  secara holistic melibatkan Kekuasaan dan takdir Ilahi sebagai sumber kekuatan, keyakinan  dan keimanan dalam kehidupan manusia.
Kegelisahan manusia akan wabah penyakit ( baca : Virus Corona ) merupakan sensitivitas kejiwaan yang paling esensial dalam diri manusia. Esensi ini muncul dari dalam diri manusia dan senantiasa berhubungan dengan keyakinan akan adanya kekuasaan Tuhan terhadap dirinya. Sejatinya manusia tidak ingin menderita, susah , sakit  dalam hidupnya. Karena itu manusia selalu mencari jalan keselamatan diluar kemampuan dirinya. Keselamatn itu tidak lain adalah pertolongan dan kehendak Allah Yang Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.
Secara pradigmatik, hubungan antara Tuhan dan  manusia terletak dalam dogtrin agama ( baca: islam ) tentang Tauhid. Doktrin ini, sebagai mana dikatakan Al-Faruqi ( 1980 ) menjadi pandangan dunia  ( weltanschauung ) yang memberikan penjelasan secara holistic tentang realitas kehidupan manusia. Dalam pandangan dunia tauhid , terdapat tiga prinsif penting tentang realitas. Pertama, dualitas. Prinsif ini menyatakan bahwa  realitas hanya terdiri dari dua jenis ; khaliq dan makhluk. Dalam hal ini makhluk harus tunduk kepada ketentuan khalik. Kedua, ideasionalitas. Diantara khaliq dan makhluk terdapat hubungan ideasional yang memungkinkan manusia dapat memahaminya dalam pengertian immateri yang didalamnya terdapat ketentuan-ketentun yang aksiomatik berupa hukum alam ( sunnatullah ). Ketiga, teologi. Yaitu pemahaman manusia tentang keyakinan yang ada dalam kerangka relasi-relasi ideasional  bukan bersifat positivistic atau materialistic, melainkan bersifat irrasional dan transendental. Pandangan yang disebut terakhir inilah kita maksud dengan  prinsip tauhid dimana setiap realitas bersifat teleologis, artinya mempunyai tujuan transcendental yang erat kaitannya dengan keyakinan adanya Yang Maha Kuasa di luar diri manusia.
Dengan pandangan tauhid ini , dapat dijelaskan bagaimana seharusnya manusia menjaga kesehatan fisik, memposisikan diri dalam semesta penciptaan , dan bagaimana semestinya manusia memperlakukan  ni’mat kesehatan pada dirinya. Dalam ajaran Islam kesehatan adalah ni’mat dari Tuhan yang wajib di syukuri.  Konsekuensinya tidak lain bahwa   manusia wajib menjaga dan merawat serta memelihara kesehatan secara seimbang antara kesehatan jasmani dan kesehatan ruhani.   Dalam upaya penjagaan keseimbangan kesehatan  demikian itu diperlukan unsur kesadaran manusia itu sendiri, yaitu kesadaran yang muncul dari keyakinan adanya kehendak Tuhan di luar dirinya. Kesadaran ini merupakan refleksi iman yang tertananm dalam hati sanubari yang paling dalam . Manusia tidak dapat membohonginya  karena kesadaran bersifat fitrah-kodrati. Kesadaran ini merupakan  fungsi jiwa, yang sekaligus  menjadi aktivitas kejiwaan yang tiada berubah kapan dan dimanapun.  
Sebagai mahkluk Tuhan manusia memiliki sifat dan watak selalu melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam, termasuk ancaman kesehatan seperti viorus corona yang saat ini mewabah. Ancaman tersebut baik yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya. 

Secara theologis  manusia mempunyai tiga unsur yang perlu mendapatkan perhatian, perlindungan dan pembinaan  yang seimbang,  yaitu badan (jasad), nyawa (nafs), dan roh (ruh). Keutuhan seorang manusia manakala sudah memiliki ketiga unsur ini. Dari unsur-unsur tersebut , manusia menjadi makhluk yang seimbang dan sempurna penciptaannya.   Dengan itu pula, manusia menjadi makhluk biologis sekaligus sebagai makhluk spiritual. Dua kapasitas ini memungkinkan dirinya mengakses dua dunia yang berbeda, yaitu dunia fisika dan metafisika, atau dunia lahir dan dunia batin.
Sekalilagi wacana perlindungan kesehatan manusia dan masyarakat di abat ini seringkali hanya menggunakan indikator-indikator fisik. Faktor spiritual-rohaniah seringkali diabaikan, dan bahkan banyak para pakar , dan para ahli kesehatan yang kita lihat di media social mereka hanya semata mengandalkan rasio dan tehnologi dalam upaya penanganan kesehatan padahal dalam tujuan penciptaan manusia dan alam ini tidak bisa terlepas dari kekuasaan Allah swt. Sebagian mereka berdalih karena faktor ini sulit diukur, sehingga ontologi kesehatan masyarakat mengalami kuantifikasi dan sekularisasi. Seolah-olah semua konsep kesehatan masyarakat yang berasal dari luar, seperti konsep kesehatan masyarakat yang ditawarkan oleh agama dan nilai-nilai budaya lokal cenderung tidak diakui. Ironisnya indikator dan kriteria kesehatan masyarakat lebih banyak diintrodusir dari negara-negara maju (Barat), yang background nilainya berbeda dengan nilai budaya Timur yang memiliki dasar Ketuhanan yang kuat.
Dalam perspektif agama ( baca :  Islam ), upaya menciptakan kesehatan masyarakat  ( manusia ) menjadi satu paket dengan kumulatif ajarannya . Tanpa menyebut secara eksplisit kesehatan masyarakat, jika keseluruhan ajaran agama diterapkan secara konsisten di dalam masyarakat maka paling tidak dan bahkan secara otomatis akan berdampak langsung pada penyehatan masyarakat. Oleh sebab itu kita berharap pemerintah dan seluruh masyarakat dapat kembali mengurai persoalan wabah virus corona melalui pendekatan teologis , sehingga masyarakat kita tidak hanya menggerutu ketakutan dengan saling menyalahkan satu sama lain tetapi dengan bijak mengambil sikap dengan sadar bahwa apapun yang terjadi ada kaitannya dengan konsekuensi penciptaan manusia. Pada akhirnya menyadarkan kita bahwa apapun yang kita lakukan akan kembali akibatnya kepada kita semua. Semoga Virus Corona segera diangkat Allah swt agar kesehatan masyarakat kembali seperti semula.[]